Kategori
Society

Psikolog Melihat Mental Masyarakat Selama COVID-19

Psikolog Ungkap Kondisi Mental Masyarakat Selama Pandemik COVID-19

Psikolog Melihat Mental Masyarakat Selama COVID-19 – Pemberitaan mengenai meningkatnya jumlah penderita Covid-19. Dapat berdampak serius berupa timbulnya perasaan tertekan, stres dan cemas di kalangan masyarakat.

Selama pandemik banyak yang beranggapan Apk IDN Poker menjaga kesehatan fisik adalah prioritas untuk terhindar dari virus. Padahal, kesehatan mental juga tak kalah penting. Kebijakan-kebijakan guna mengurangi penyebaran virus ternyata berdampak langsung pada kesehatan mental masyarakat.

Persepsi risiko ekonomi masyarakat lebih tinggi daripada risiko kesehatan

Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI) mencoba untuk mencari persepsi risiko dan perilaku masyarakat selama pandemik. Ternyata, mayoritas masyarakat Indonesia memiliki persepsi risiko ekonomi lebih tinggi daripada kesehatan. Dampaknya, masyarakat akan lebih menaati protokol kesehatan apabila merasa ekonomi kita terancam.

“Semakin banyak orang merasakan kemungkinan kerugian ekonomi pribadi akibat virus corona, semakin banyak orang mematuhi perilaku kesehatan preventif dan dukungan untuk kebijakan kepatuhan yang ketat,” lanjutnya.

Kerjasama dan solidaritas sosial harus ditegakkan selama masa pandemik

Untuk meningkatkan kesehatan mental selama hidup berdampingan dengan COVID-19,  Ilham percaya bahwa kerja sama dan solidaritas sosial perlu ditegakkan. Pemerintah bergerak mengarahkan dan kita perlu menaati sesuai anjuran.

“Sangat penting untuk meningkatkan kerjasama terutama kepercayaan publik akan pemerintah. Kita di situasi kritis, sehingga harus ada pemimpin yang mengarahkan. Kita sebagai rakyat harus mengikuti,” papar Ilham.

Penderita Bisa Merasa Cemas atau Khawatir Secara Berlebihan

Pandemik menimbulkan stigma terutama terhadap masyarakat lapisan menengah ke bawah

Pandemik tentu menyebabkan dampak mental yang berbeda-beda dalam masyarakat. Namun, masyarakat dari kalangan menengah ke bawah cenderung lebih rentan terdampak.

Ilham mengungkapkan bahwa masyarakat kalangan menengah ke bawah ini bukannya takut terpapar virus. Namun, lebih takut akan efek lebih lanjut apabila dirinya terdampak.

“Kekhawatiran yang muncul bukan karena sampel darahnya, tapi takut dengan hasil rapid tes tersebut. Kalau terpapar, dia bisa bermasalah. Bisa kehilangan pekerjaan, tidak ada biaya pengobatan,” ungkap psikolog dari dari HIMPSI Jawa Timur ini.

Orang Indonesia cenderung menunjukkan emosi yang positif dengan rata-rata harapan lebih tinggi dari negara lain dalam menghadapi COVID-19

Selanjutnya, respon emosi orang Indonesia terhadap pandemik COVID-19 cenderung lebih positif dibandingkan negara lain. Masyarakat Indonesia juga rata-rata memiliki harapan dan efikasi yang lebih tinggi. Akhirnya, mereka terkesan lebih mampu untuk hidup berdampingan dengan COVID-19.

“Tidak masalah untuk tetap tersenyum di tengah pandemi tapi tetap harus patuhi protokol. Jangan menjadi gloomy karena kita tidak tahu kapan vaksin bisa didapatkan,” kata Emil Dardak, Wakil Gubernur Jawa Timur yang turut menjadi pembicara.

Covid bukan disepelekan, namun kita harus melangkah untuk suasana yang lebih baik

Akhir kata, Emil percaya bahwa masyarakat mampu untuk tetap bahagia namun juga hidup sesuai dengan protokol kesehatan selama masa pandemik. Kerja sama yang baik tentu akan berhasil menekan penyebaran virus COVID-19.

“Kita harus membangun suatu konsesus bahwa kita bisa bahagia, namun kita juga tahu di ada risiko di tengah kita. Bukan berarti COVID kita entengin, tapi kita juga harus melangkah dengan suasana yang lebih baik,” tutup Emil.