Saat ini kita sedang hidup dimana zaman tidak bisa lepas dari teknologi dan media sosial, yang saat ini menjadi kebutuhan penting bagi umat manusia yang ada di seluruh dunia.
Tidak jarang kita selalu terhubung dengan dunia luar melalui media sosial atau biasa disebut dengan medsos. Sehingga kamu bisa dengan mudah berinteraksi dengan orang yang dikenal, saudara, relasi ataupun pihak-pihak yang belum dikenal sebelumnnya melalui dan baru diketahui melalui dunia maya.
Baca Juga: Tata Cara Sosial Masyarakat Desa
Setelah hadirnya media sosial seperti facebook, twitter, google, linkedin, instagram, flickr, path, yahoo maile, WhatsApp dan Youtube telah mengubah secara signifikan pola-pola interaksi dan komunikasi individu saat ini.
Sifatnya yang interaktif dan partisipatif telah memungkinkan komunikasi berlangsung secara lebih mendalam dan luas. Melalui media jejaring sosial, seorang individu bisa menjadi penerima dan memproduksi pesan dalam waktu yang hampir bersamaan daftar idn poker apk.
Sifat jangkauan media sosial ini sangat luas, bahkan jauh lebih luas dibandingkan media massa. Dampak yang ditimbulkan pun sangat dahsyat. Dalam situasi semacam ini, persoalan etika menjadi sangat penting. Terutama karena pengguna media sosial semacam facebook dan medsos lainnya mempunyai kebebasan yang hampir tanpa batas.
Etika Menggunakan Media Sosial
Bukan hanya itu saja, kemajuan teknologi khususnya media jejaring sosial menyebabkan memudarnya kebudayaan timur dan lunturnya norma-norma kesantunan dalam segala hal. Sehingga memberikan pengaruh buruk bagi masyarakat, khususnya kaum pelajar yang semakin hari semakin memiliki etika dan moral yang rendah. Hal ini bukan hanya dari bahasa yang tidak santun saat mereka ucapkan, tetapi juga kekerasan fisik hingga terputusnya hubungan silaturahim antarsesame individu.
Sadar ataupun tidak, perlahan tapi pasti perkembangan media sosial secara langsung berdampak terhadap tatanan dari perilaku manusia modern saat ini, baik sebagai sarana informasi maupun sebagai sarana sosialisasi dan interaksi komunikasi antarmanusia. Media sosial seakan menjadi tempat yang paling mudah dan favorit untuk menumpahkan segala aktivitas yang tidak jarang mengesampingkan beragam etika yang ada.Hal ini dapat dilihat dari penggunaan bahasa nonbaku dan tidak resmi dalam berkomunikasi antarsesama.
Perbincangan mengenai etika komunikasi atau secara lebih khusus etika komunikasi dalam media sosial biasanya tidak bisa dilepaskan dari dua pertanyaan pokok, yakni mengapa etika itu penting dalam proses komunikasi dengan menggunakan media sosial?
Secara etimologis, kata “etika” berasal dari bahasa Yunani “ethos”. Kata yang berbentuk tunggal ini berarti “adat atau kebiasaan”. Bentuk jamaknya “ta etha” atau “ta ethe” artinya adat kebiasaan, sehingga etika merupakan sebuah teori tentang perbuatan manusia. Yang ditimbang menurut baik dan buruknya atau sebuah ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan mana yang buruk. Dengan memperhatikan akal pikiran (Setiyani, 2013).
Etika Komunikasi
Dengan demikian etika komunikasi adalah ilmu yang memperhatikan baik buruknya cara berkomunikasi. Etika komunikasi memperhatikan kejujuran dan terus terang, keharmonisan hubungan, pesan yang tepat, menghindari kecurangan, konsistensi antara pesan verbal maupun nonverbal serta memperhatikan apakah para komunikator memotong suatu pembicaraan atau tidak.
Etika komunikasi tidak hanya berkaitan dengan tutur kata yang baik tetapi juga berangkat dari niat yang tulus. Yang diekspresikan dari ketenangan, kesabaran dan empati dalam berkomunikasi (Corry, 2009). Sehingga bentuk komunikasi demikian akan menciptakan suatu komunikasi dua arah yang mencirikan penghargaan, perhatian dan dukungan timbal balik antara pihak-pihak yang berkomunikasi.
Komunikasi yang baik bagi umat Islam adalah komunikasi yang sesuai dengan kaidah agama, nilai-nilai yang terkandung dalam Alquran dan sunnah Rasulullah Saw. Kaitan antara nilai etis dengan norma yang berlaku sangat erat. Selain agama sebagai asas kepercayaan atau keyakinan masyarakat, ideologi juga menjadi tolok ukur norma yang berlaku. Dalam Pancasila, sebagai ideologi bernegara, berbangsa, dan bermasyarakat di Indonesia, terdapat tolok ukur komunikasi.
Pada prinsipnya, komunikasi dalam Islam tidak hanya sekadar menyampaikan pesan, mengubah sikap dan perilaku komunikan. Lebih dari itu, tujuan komunikasi Islam menyampaikan kemaslahatan dan kemuliaan antara komunikator dan komunikan. Oleh sebab itu, komunikasi Islam menjadi lebih unggul apabila dibandingkan dengan komunikasi Barat. Komunikasi sangat berpengaruh terhadap kelanjutan hidup manusia, komunikasi juga berpengaruh terhadap kualitas berhubungan dengan sesama. Komunikasi yang dimaksud adalah komunikasi yang islami, yaitu komunikasi yang berakhlak mulia atau beretika (Musyafak, 2015).
Etika mendukung keberadaan agama, di mana etika sanggup membantu manusia dalam menggunakan akal pikiran untuk memecahkan berbagai masalah. Perbedaan antara etika dan ajaran moral agama yaitu etika mendasarkan diri pada argumentasi rasional. Sedangkan agama menuntut seseorang untuk mendasarkan diri pada wahyu Tuhan dan ajaran agama. Ada etika dalam agama dan sebaliknya agama merupakan salah satu norma dalam etika. Keduanya berkaitan, namun terpisahkan secara teoritis.
Etika Medsos
Pelanggaran terhadap etika yang berlaku, bukan hanya akan merugikan seseorang yang melakukan perbuatan. Tetapi juga akan membahayakan atau merugikan orang lain, baik individu maupun kolektif. Dalam bidang komunikasi, pelakunya harus juga tunduk terhadap norma atau etika yang berlaku di masyarakat lingkungannya. Selaku warga negara Indonesia, ia harus bertumpu kepada nilai-nilai Pancasila sebagai sumber nilai utama yang dijadikan acuan etis. Sebagai penganut agama Islam, tentu juga harus mendasarkan kepada norma etika yang terdapat dalam ajaran Islam.
Interaksi yang dilakukan dalam media sosial haruslah komunikatif sopan dan beretika. Karena manusia dalam kehidupan sehari-hari tidak akan pernah terlepas dari komunikasi. Karena, komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lainnya. Komunikasi akan lebih efektif apabila pesan yang disampaikan dapat ditafsirkan sama oleh penerima pesan.
Sebagai netizen yang bijak hendaknya memperhatikan dan memikirkan kembali konten-konten yang hendak diupload dan disebarluaskan di dunia maya. Hal ini untuk menghindari konflik komentar yang terkadang akan berbuntut panjang. Adapun etika komunikasi yang baik dalam mengonsumsi media sosial dan sesuai dengan ajaran agama Islam adalah jangan menggunakan kata kasar, provokatif, pornografi ataupun isu SARA; jangan memposting artikel atau status bohong yang dapat menimbulkan konflik; jangan mengcopypaste artikel atau gambar yang mempunyai hak cipta, serta memberikan komentar yang relevan dengan gaya bahasa yang santun.
Selain itu tata bahasa yang digunakan oleh netizen terkadang tidak sesuai dengan ejaan yang disempurnakan (EYD) maupun menggunakan bahasa yang formal dan sopan. Dengan mengatasnamakan keakraban. Para netizen yang sebenarnya belum pernah bertemu dan bertatap muka berbalas komentar dengan kata-kata dan bahasa nonformal atau gaul. Yang patut disayangkan, masih terdapat banyak netizen yang melupakan ajaran agama dan budaya ketimuran yang menjunjung tinggi kesopanan dan norma.